Xiaohe, Pemakaman Horor Berusia 4000 Tahun Di Tengah Gurun

Xiaohe, Pemakaman Horor Berusia 4000 Tahun Di Tengah Gurun
Xiaohe, Pemakaman Horor Berusia 4000 Tahun Di Tengah Gurun. Berada di ujung timur jauh Gurun Taklamakan yang sepi kerontang, ratusan kilometer dari pemukiman terdekat, sebuah pancang kayu tebal menandai titik pemakaman berusia 4.000 tahun.
Pemakaman tersebut terletak di atas gundukan pasir kecil. Topang – topang kayu, yang pada puncaknya sudah terpecah oleh hempasan angin selama berabad – abad, di bawahnya tergolek beberapa nisan jasad manusia yang nampaknya sudah terawetkan.
Musim panas yang kering dan musim dingin yang dingin telah membantu melestarikan jasad sedemikian rupa sehingga orang saat ini masih dapat melihat fitur dan kontur wajah aslinya. Salah satu dari tubuh mumi ini, yang dijuluki “Beauty of Xiaohe”, karena dari fitur wajahnya berbeda dari yang lain. Dari jasad tubuhnya yang masih terawetkan sampai hari ini terlihat bulu matanya yang halus.
Kuburan itu ditemukan pada awal abad ke-20 oleh seorang pemburu lokal bernama Ördek. Pada waktu itu pemburu Uighur itu sedang berjalan melewati sepetak padang pasir yang tidak ramah bagi pejalan kaki. Tidak sengaja dia tersandung tiang-tiang kayu dari pohon dengan tulang-tulang manusia dan artefak keagamaan kuno berserakan di sekitarnya. Percaya tempat tersebut dihantui, dia bergegas pergi dan tidak pernah mau kembali lagi.
Beberapa dekade kemudian, seorang penjelajah dan arkeolog Swedia, Folke Bergman, mengaduk-aduk kawasan tersebut guna mencari reruntuhan kuno yang berhubungan dengan dongen Jalan Sutra ketika seseorang mengenalkannya ke Ördek. Ördek menjelaskan kepada Bergman bagaimana ia menemukan kuburan tersebut tetapi menolak untuk pergi bersamanya. Bergman berhasil menemukan situs tersebut dan menamakannya Ördek Necropolis.
Bergman menggali sekitar selusin tubuh, dan menemukan sekitar 200 artefak. Dia meninggalkan catatan yang cukup rinci tentang temuannya dalam buku Penelitian Arkeologi di Sinkiang Khususnya Wilayah Lop-dan. Sekarang seluruh bukunya tersebut dapat dibaca online, dalam format digital. Bergman mencatat bentuk peti mati tidak biasa, yang tampak seperti perahu terbalik.
Setelah menempatkan jasad – jasad di perahu terbalik ini, mereka dengan hati-hati ditutupi dengan kulit sapi dan dikubur di pasir bersama dengan keranjang jerami berisi gandum dan biji-bijian makanan lainnya. Tatanan kayu tersebut kemudian diletakkan begitu saja ke tanah. Seluruh situs, Bergman menulis, penuh dengan monumen kayu berbentuk oar dan figur manusia kayu.
Kuburan ini hampir dilupakan sampai awal 2000-an, ketika para arkeolog Cina melakukan ekspedisi ke situs tersebut. Mereka menemukan bahwa penemuan Bergman jauh lebih luar biasa daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Para arkeolog menemukan ratusan mayat terkubur lima lapis, bersamaan dengan mumi utuh — mumi tertua dan terlestarikan terbaik di daerah Cek Tarim di China.
“Belum pernah ada begitu banyak mumi ditemukan di satu tempat di mana pun di dunia,” kata Idelisi Abuduresule, seorang peneliti dan kepala Relik Budaya Xinjiang dan Arkeologi Institute.
Para arkeolog juga menemukan berbagai macam patung dan binatang ukiran kayu berukuran besar, topeng kayu kecil, dan ukiran kayu alat kelamin pria dan wanita.
“Semua ini membawa kita ke dunia misterius yang diserap dengan suasana religius yang asli,” kata Idelisi. “Konotasi budaya yang kaya dari Tomb Xiaohe tidak tertandingi di antara penemuan arkeologi Cina dan asing.”
Nekropolis Ördek sekarang disebut Pemakaman Xiaohe, setelah sungai di dekatnya mengalami kekeringan. Tapi arkeolog lebih suka menyebutnya Pemakaman Sungai Kecil No. 5 atau Small River Cemetery No. 5.
Salah satu temuan yang lebih menarik adalah meskipun kuburan tersebut terletak di China, mayat memiliki fitur Eropa yang kuat dengan rambut cokelat dan hidung mancung. Analisis genetika mumi menunjukkan bahwa garis keturunan ibu dari orang-orang Xiaohe berasal dari Asia Timur dan Eurasia Barat, sedangkan garis keturunan ayah semuanya berasal dari Eropa.
Arkeolog percaya bahwa populasi Eropa dan Siberia mungkin menikah sebelum memasuki Lembah Tarim sekitar 4.000 tahun yang lalu. Cekungan Tarim sudah kering ketika orang-orang Xiaohe masuk dan memaksa mereka untuk hidup di tepi demi kelangsungan hidup sampai danau dan sungai di mana mereka bergantung akhirnya kering sekitar tahun 400 Masehi.

Comments

Popular posts from this blog

Donald Trump Umumkan Tarif Baru 10 Persen Terhadap Impor China

Kisah Sedih Selama 25 Tahun, Wanita Ini Dikurung Ibunya